untuk menyampaikan tuntutan dari Pendawa akan haknya atas sebagian kerajaan Astina yang telah dikuasai Kurawa lewat permainan dadu, ternyata mendapat
sambutan yang meriah
dan formal dari para petinggi
istana Astina.
2. Dalam pertemuan tersebut, para tetua (sesepuh) Kurawa (Dewi Gandari, Dastarasta, Resi Bisma, dan Pandita Durna) menyatakan dukungannya atas tujuan Krisna. Pada saat itu, Krisna datang dengan ditemani oleh dewa-dewa Kahyangan seperti Janaka, Ramaparasu, Kanwa, dan Narada.
3. Prabu Suyudana hanya terdiam mendengar sabda Krisna dan nasehat para sesepuh istana. Setelah menerima isyarat dari Karna, ia pamit dan meninggalkan acara pertemuan dengan Krisna.
4. Diluar dugaan Krisna, Prabu Suyudana menyiapkan bala tentara untuk menyerbu bala tentara Dwarawati yang mengiringi kedatangan Krisna. Pasukan Astina yang diam-diam mengepung pasukan Dwarawati tersebut dapat diketahui oleh Setyaki. Dengan cepat ia melapor pada Krisna.
5. Mendengar hal itu, Krisna menjadi marah. Ia segera mohon pamit dari ruangan pertemuan dan pergi menuju alun-alun istana. Krisna bertiwikrama. Tubuhnya berubah menjadi raksasa sebesar gunung. Suaranya menggelegar. Dari seluruh tubuhnya keluar api. Seketika bumi berguncang dan lautan mendidih. Semua senjata sakti yang ada didunia ada dalam genggamannya. Krisna membuktikan dirinya sebagai titisan Dewa Wisnu.
6. Demi menyaksikan kemampuan Krisna yang bukan hanya dapat menghancurkan Kerajaan Astina tetapi juga seisi jagad raya, maka para dewa turun kebumi. Mereka meminta Krisna untuk tidak membuat pralaya. Tetapi membiarkan persoalan ini diselesaikan sendiri oleh Pandawa.
Cerita ini diambil dari
Sunardi D.M, Kisah Keluarga Pandawa dan Kurawa, Jakarta: Harian Berita Yudha, 1974.
0 comments:
Post a Comment